SONATA.id – Kolaborasi lintas kementerian dan lembaga digagas untuk tingkatkan literasi kebencanaan di Sumatra Barat.
Bersama Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan
Management of Social Transformation Programme (Most UNESCO), serta Maxima, Kementerian
Agama (Kemenag), perkuat literasi
kebencanaan tersebut melalui perpustakaan masjid.
Kasubdit Kepustakaan Islam Kemenag, Nur Rahmawati,
menekankan peran strategis perpustakaan masjid dalam menyebarkan informasi dan
edukasi terkait kebencanaan.
"Perpustakaan masjid bukan hanya tempat untuk ibadah
dan membaca kitab suci, tetapi juga pusat informasi yang dapat memberi
pengetahuan penting tentang mitigasi bencana," ujarnya dalam Dialog Khusus
Literasi Keagamaan dalam Pengurangan Risiko Bencana di RRI Sumatera Barat,
Senin lalu.
Kerja sama antara Kemenag, BRIN, dan Most UNESCO, itu
mencakup penyediaan bahan bacaan dan modul edukasi kebencanaan yang relevan dan
mudah dipahami masyarakat.
Selain itu, akan digelar pelatihan dan simulasi bagi
pustakawan masjid dan takmir dalam menyampaikan informasi yang akurat dan
efektif tentang kebencanaan.
"Tahun depan, kita siapkan modul berdasarkan praktik
lapangan dan pengetahuan lokal. Kita kombinasikan dan formulasi terkait
literasi pengetahuan lokal," jelas Nur.
Nur juga menyebut, saat terjadi bencana, banyak
masyarakat mencari perlindungan di masjid. Kondisi ini memperkuat alasan untuk
memperkuat literasi kebencanaan berbasis masjid.
"Biasanya, saat terjadi bencana masyarakat
berlindung di masjid. Ini sudah cukup menjadikan alasan kita untuk memperkuat
literasi kebencanaan berbasis masjid. Sehingga ketika bencana terjadi, mereka
sudah siap," tambahnya.
Direktur Eksekutif Most UNESCO, Fakhriati mengatakan,
literasi kebencanaan akan meningkatkan pemahaman masyarakat tentang cara
mengurangi risiko bencana dengan memanfaatkan pengetahuan lokal berdasarkan
budaya.
"Melihat sejarah, masyarakat Nusantara, termasuk
Sumatra Barat, sudah memiliki literasi kebencanaan yang cukup baik. Sumatra
Barat memiliki pengetahuan lokal yang sangat kaya terkait kebencanaan,"
ujarnya.
Sementara itu, Ketua Tim Kemasjidan dan Kepustakaan Islam
Kanwil Kemenag Sumatra Barat, Yusron Lubis menambahkan, masjid merupakan basis
penting bagi masyarakat saat terjadi bencana.
"Masjid kita selalu menjadi tempat pertolongan
masyarakat. Para takmir adalah tokoh masyarakat. Basis masjid di Sumatra Barat
akan dijadikan pusat penanganan bencana," jelasnya.
Yusron juga menyebut, Sumatra Barat telah memasukkan
literasi kebencanaan dalam muatan lokal program pendidikan sekolah. Anak-anak
dipersiapkan dengan materi yang harus dilakukan sebelum, saat, dan setelah
bencana terjadi. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar