SONATA.id – Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dengan konsep zonasi dinilai tidak bisa mengatasi permasalahan sekolah saat ini.
Wakil Ketua Komisi X DPR RI
Dede Yusuf Macan Effendi saat menjadi narasumber pada acara dialektika
demokrasi di Ruang PPIP. Foto: Arief/vel
Hal itu dikatakan Wakil Ketua Komisi X DPR RI Dede Yusuf
Macan Effendi. Ia menyebut, penyebanya dikarenakan jumlah sekolah
jenjang-perjenjang pendidikan kini tidak sama dengan jumlah siswa di jenjang
sebelumnya. Ia menyadari, selama ini jumlah siswa tak sebanding dengan
daya tampung sekolah.
“Jadi kalau kita berbicara SD, jumlahnya katakanlah
misalnya 5 juta siswa. SMP hanya sanggup menampung mungkin hanya 3 juta siswa.
Maka ada dua juta lainnya yang akhirnya boleh dikatakan belum tentu mendapat
sekolah. Demikian juga SMP menuju kepada SMA jumlah sekolahnya kurang,” papar
Dede di Ruang PPIP, Gedung Nusantara I, Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta,
Kamis (4/7/2024).
Politisi Fraksi Partai Demokrat ini pun mengungkapkan,
anggapan adanya sekolah favorit menandakan ketidakmampuan pemerintah dalam hal
ini Kemendikbud dan pemerintah daerah memenuhi kualitas guru dan fasilitas
pendidikan bagi siswa.
"Apa sih yang disebut favorit atau tidak favorit itu
banyak, salah satunya adalah sarana-prasarana akses gurunya lalu kemudian juga
mungkin ruang belajar dan lain-lain,” papar Dede.
Menurutnya penerimaan siswa di sekolah favorit dengan
nilai pun masih dianggap tidak adil, maka harus mengganti formula baru untuk
sistem penerima.
Dia memaparkan masih banyak orang yang ingin mengejar
sekolah-sekolah favorit walaupun saat ini sudah dizonasikan tapi realitanya
sekolah favorit masih tetap jadi sasaran siswa atau pun orang tua siswa.
"Padahal harapannya adalah dengan sistem PPDB dan
zonasi ini sekolah-sekolah lain di-upgrade supaya kualitasnya sama dengan
sekolah favorit tersebut sehingga sekolah lain pun juga menjadi tujuan daripada
siswa-siswa," jelas Dede.
PPDB dengan konsep zonasi selama 8 tahun terakhir
dianggap oleh banyak pihak merupakan konsep yang gagal, permasalahan ini lah
yang menjadi topik pembicaraan dalam Dialektika Demokrasi dengan tema 'Mencari
Solusi Menuju PPDB yang Transparan dan Efektif.'
Tampil juga pembicara lainya Pengamat Pendidikan Asep
Sapaat, Praktisi Media Friederich Batari dan Asep Subagyo.(dpr)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar