SONATA.id – Pelestarian budaya daerah, menjadi tanggungjawab semua pihak. Pemerintah daerah dalam hal ini, menjadi salah satu penanggungjawab program tersebut.
Berbincang dengan Marde Putra, salah seorang sineas
Sumatera Barat, pimpinan rumah produksi Marawa Pro, yang telah malang-melintang
menggarap menggarap film-film bergenre romantisme budaya Ranah Minang sejak
sepuluh tahun lalu, dirinya memiliki harapan agar khazanah budaya tersebut
dapat dilestarikan dengan beragam cara.
“Salah satunya dengan mendokumentasikan aset budaya
tersebut dalam bentuk film dokumenter,” sebutnya dalam diskusi bersama pimpinan
lembaga Pusat Pengkajian dan Pengembangan Sumber Daya Manusia (P3SDM) Melati,
Sabtu (6/7).
Marde yang juga pegiat silat dari perguruan silat Ampu
Silang itu mengatakan, Marawa Pro yang dipimpinnya, selama ini telah banyak
melahirkan film-film bergenre budaya.
“Untuk film yang kita garap selama ini ada sekitar 16
judul. Sebagiannya bergenre romantisme budaya. Ada yang murni mengangkat isu-isu
budaya, seperti persoalan adat, pencak silat dan lainnya,” sebut sineas yang yang
kini tengah menyelesaikan film berjudul Rumah Ini Butuh Tuhan itu.
“Khusus di film terbaru ini, kita mengangkat pentingnya
pemahaman peran mamak dan ayah di Minangkabau. Karena fenomena yang terjadi,
dalam tatanan sosial, fungsi mamak seolah terabaikan,” sebutnya.
Menanggapi hal itu, Nova Indra, pimpinan lembaga P3SDM
Melati menyampaikan, situs budaya dan khazanah budaya lokal, memang perlu
mendapat perhatian serius.
“Banyak situs budaya kita yang terabaikan. Perlu upaya
pemangku kepentingan berupa kebijakan untuk ini. Kami di P3SDM Melati, akan
programkan kegiatan-kegiatan pendokumentasiannya dalam bentuk film bersama
Marawa Pro,” sebut Nova.
Untuk follow-up
rencana tersebut, P3SDM Melati dan Marawa Pro, sebut Nova, akan melanjutkan
perbincangan bersama pihak-pihak dari pemangku kepentingan. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar