SONATA.id – Tubuh manusia diciptakan Tuhan dengan respons imun. Apa itu respons imun?
Respons imun yaitu gejala tubuh untuk mencegah
penyebaran atau pergerakan patogen ke seluruh tubuh. Sistem itu disebut sistem
imun dengan semua komponennya, bekerja sama menangkal benda-benda asing yang
akan masuk ke dalam tubuh, baik manusia ataupun hewan.
Peneliti Pusat Riset Veteriner Organisasi Riset Kesehatan
Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Romsyah menjelaskan, ada dua respons
imun. Pertama respons imun bawaan atau non-spesifik dari luar tubuh manusia,
seperti kulit, yaitu rambut atau bulu. Sedangkan, untuk di dalam tubuh manusia
terdapat enzyme, peptide anti mikroba, dan asam lambung.
Kedua, sistem imun yang adaptif atau spesifik, biasanya
di luar tubuh contohnya sel T-sitotoksik yang membantu menggertak sistem imun.
Selain itu, ada humoral yaitu sel T yang bekerja sama dengan limfosit B untuk
menghasilkan antibodi. Contoh lain, adalah imunisasi sebagai sistem kekebalan
tubuh.
“Antibodi sendiri adalah antinya dari antigen. Apabila
ada antigen masuk, otomatis membentuk sistem kekebalan. Antibodi ini merupakan
respons imun yang adaptif, contohnya saat pemberian vaksin," kata Romsyah dikutip
dari laman brin.go.id, Selasa (4/6).
Romsyah menuturkan, antibodi merupakan immunoglobulin
(Ig) sebagai protein berukuran besar yang dapat memberikan respons imun. Ini
akan bergerak menetralkan atau mencegah patogen atau benda asing yang masuk ke
dalam tubuh.
Romsyah menjelaskan, antibodi dapat berupa poliklonal
maupun monoklonal. Antibodi poliklonal merupakan campuran antibodi yang
heterogen. Apa pun yang ada di dalam antigen ataupun patogen yang masuk ke dalam
tubuh dia akan merespons.
“Respons itu mengeluarkan sekresi sebagai antibodi. Klon
B nya akan menghasilkan antibodi yang heterogen (banyak atau tidak unik).
Poliklonal memiliki lebih dari 1 epitop sehingga dapat mengikat beberapa
molekul spesifik pada permukaan antigen, seperti virus, bakteri, parasite, fungi
dan sebagainya,” ujar dia.
Sedangkan, antibodi monoklonal yaitu antibodi mono
spesifik hanya menghasilkan 1epitop yang sangat spesifik dari antigen tertentu.
Biaya produksinya mahal karena tingkat kesulitannya tinggi dan memerlukan
jangka waktu lama.
“Tetapi banyak kelebihannya seperti reproduksibilitas
batch-to batch tinggi (homogenitas tinggi), dapat memproduksi antibodi identik
dalam jumlah besar. Spesifisitas yang tinggi terhadap satu epitope, reaksi
silang yang rendah, lebih sensitiv untuk pengujian kuantitatif, dan gangguan
back ground rendah,” paparnya.
Ia mengatakan cara memproduksi antibodi monoklonal yang
banyak dilakukan sebelumnya adalah melalui teknologi hybridoma dengan
menggunakan hewan hidup yang diimunisasi atau diberi antigen. Antibodi
monoklonal yang dihasilkan melalui fusi sel limfosit B dan sel myeloma.
“Sel limfisit B dari hewan yang diimunisasi dengan
antigen difusi dengan sel myeloma melalui penambahan polietilen dlikol (PEG)
sebagai fusogen. Sel yang terfusi (hybridoma) diseleksi nenggunakan media HAT,
dikultur dalam median HT, dikloning, dan diperbanyak secara invitro (dalam
media) atau in vivo (dalam asites). Sel hybridoma tersebut dapat disimpan dalam
waktu lama dalam nitrogen cair dan ditumbuhkan kembali, untuk produksi mAb saat
dibutuhkan,” jelas dia
Romsyah menjelaskan, teknologi antibodi rekombinan yaitu
antibodi monoklonal yang dihasilkan tanpa menggunakan hewan hidup. Gen sintetik
dan fragmen antibodi digabungkan secara in vitro sehingga memudahkan untuk
membiakkan garis sel (cell line) dalam kondisi terkendali.
“Penggunaan antibodi monoklonal sebagai terapi penyakit
sudah banyak digunakan. Produk antibodi monoklonal sudah disetujui oleh US Food
and Drugs Administration (FDA) sejak 1986,” tutur dia.
Adapun pemanfaatan antibodi monoklonal salah satunya
untuk terapi penyakit, antara lain penyakit non-infeksius.
“Seperti kanker, autoimun, anti peradangan, rheumatoid
arthritis, lupus, dan penyakit infeksius. Selain itu, juga sebagai deteksi
penyakit melalui patogen yang disebabkan oleh bakteri, virus, parasite,”
tuturnya. (medcom/pict: net)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar