SONATA.id – Dalam khazanah Islam, diskursus mengenai kepemimpinan wanita bersumber dari adanya larangan secara tekstual yang termuat dalam hadist Nabi Muhammad SAW.
Dari hadis tersebut lahirlah dua kutub disparitas
pandangan ulama dalam meng-istimbath hukumnya.
Hadis tersebut berbunyi:
Artinya, “Dari
Utsman bin Haitsam dari Auf dari Hasan dari Abi Bakrah berkata: ‘Allah
memberikan manfaat kepadaku dengan sebuah kalimat yang kudengar dari Rasulullah
SAW pada hari menjelang Perang Jamal, setelah aku hampir membenarkan mereka
(Ashabul Jamal) dan berperang bersama mereka. Ketika sampai kabar kepada Rasulullah
SAW bahwa bangsa Persia mengangkat putri Kisra sebagai pemimpin, beliau
bersabda ‘Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada
wanita.” (HR Al-Bukhari).
Hadis di atas diriwayatkan oleh Imam Bukhari dalam
sahihnya yang termuat di bab-fitan,
di mana ia meriwayatkan hadis tersebut dari syeikhnya yang bernama Utsman bin
Haitsam,dan bersambung ke salah seorang sahabat yang bernama Abu Bakrah RA.
Hadist tersebut telah memenuhi 5 kriteria yang Imam
Bukhari syaratkan dalam periwayatan hadis, sehingga dapat dijadikan sumber
rujukan.
Setelah mengetahui status keabsahannya, mari telaah lebih
dalam mengenai asbabul wurud dituturkannya
hadis tersebut oleh salah seorang sahabat, Abu Bakrah RA.
Latar waktu dan kejadian dari sebab Abu bakrah menuturkan
hadist tersebut ialah, ketika konflik politik pemerintahan Islam era Ali bin
Abi thalib, di mana ibu mertua Ali bin Abi Thalib RA sekaligus istri Nabi SAW
Sayyidah Aisyah RA menuntut keadilan atas syahidnya khalifah Utsman RA yang
belum terpenuhi, hingga meruncing pada puncaknya di perang Jamal.
Pada saat itu, Abu Bakrah memihak pada kubu Ali RA,
dikarenakan beliau mengingat hadis yang pernah ia dengar dari Nabi Muhammad SAW
dengan redaksi di atas.
Sedangkan konteks historis yang menyebabkan Nabi Muhammad
SAW bersabda pada redaksi hadis di atas ialah; dalam kitab syarah sahih
Bukhari yang bernama fathul bari
karangan Ibn Hajar al Asqalani, dikisahkan pada suatu waktu ketika terjadi
kudeta kekuasaan di tanah Persia dinasti Sasanid.
Kisra yang merupakan raja Persia yang menyobek surat dari
Rasullulah SAW berhasil digulingkan oleh anaknya sendiri yang bernama Syarawih.
Kisra sendiri terbunuh pada peristiwa tersebut. Dan putranya Syarawih sangat
tamak akan kekuasaan hingga ia membunuh semua saudaranya tanpa menyisakan satu
pun agar ia berkuasa.
Namun naasnya, tak lama kemudian ia meninggal dunia, maka
diangkatlah putrinya yang bernama Baurawan. Sayangnya, cucu dari Kisra ini
gagal dalam memimpin kekuasaannya.
Banyak sejarawan menuturkan dalam kitab-kitab mereka
mengenai inkompetensi Baurawan sebagai kepala negara. Dan ketika Rasulullah
mendengar kabar pengangkatan putri Syairawih ini sebagai ratu negara, beliau
pun bersabda:
لَنْ يُفْلِحَ قَوْمٌ وَلَّوْا أَمْرَهُمُ امْرَأَةً
"Tidak akan beruntung suatu kaum yang menyerahkan urusan mereka kepada wanita."
(source: tajdid)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar