Mengenal Prasasti Kubu Rajo di Lima Kaum - Sonata | Moving for Education

Breaking

Post Top Ad


Post Top Ad

Sabtu, 25 Mei 2024

Mengenal Prasasti Kubu Rajo di Lima Kaum


SONATA
.id
– Kabupaten Tanah Datar di Sumatra Barat, memiliki 22 prasasti yang tersebar di wilayah seluas 1.337 km² dengan sebutan Luhak nan Tuo itu. 

 

Daerah  ini, merupakan daerah yang paling kaya dengan tinggalan prasasti dari masa Melayu Kuno, yakni sekitar abad XIII – XIV M. Prasasti-prasasti tersebut dikeluarkan oleh Raja Adityawarman yang memerintah sejak awal sampai dengan seperempat akhir abad XIV M.

 

Salah satu dari prasasti tersebut berada di jorong Kuburajo Nagari Limo Kaum, Kecamatan Lima Kaum, Kabupaten Tanah Datar Provinsi Sumatera Barat. Pada komplek ini, terdapat dua buah prasasti yang disebut sebagai Prasasti Kuburajo I dan Prasasti Kuburajo II.

 

Sejak tahun 1877 Prasasti Kuburajo telah didaftarkan oleh N.J. Krom dalam “Inventaris der Oudheden in de Padangsche Bovenlanden” (OV 1912:41).

 

Selanjutnya sewaktu Kern pertama kali memublikasikasikan penemuan prasasti ini pada tahun 1913, di mana ia menganggap prasasti tersebut merupakan prasasti dari kubur raja. Sementara Bosch membuat kesimpulan bahwa prasasti ini adalah prasasti di Kubu (Benteng) Raja.

 

Di daerah Kuburajo tempat penemuan prasasti, terletak pada daerah ketinggian dibandingkan dengan sekelilingnya sehingga lebih tepat daerah ini disebut sebagai Kubu Rajo dibandingkan Kubur Rajo.

 

Prasasti Kuburajo I, dipahatkan pada batu persegi, ditulis dengan huruf Jawa Kuno dengan bahasa Sanskerta. Penulisan dari manuskrip pada prasasti ini tidak terstruktur, dan banyak keanehan dalam tatabahasanya. Teks manuskrip ini terdiri dari kata-kata tunggal dan majemuk tanpa struktur kalimat yang lengkap.

 

Isi yang termuat dalam prasasti Kuburajo I berupa suatu keterangan genealogis atau garis keturunan Raja Adityawarman, antara lain menyebutkan: ‘Adwaya-warmma mputra kanakamedinindra’ yang berarti Adwayawarma yang berputra Raja Tanah Emas. Adwayabrahma dapat diidentifikasikan sebagai Adwaya-warman.

 

Dari catatan sejarah dan naskah Jawa Kuno, diketahui bahwa Adityawarman merupakan keturunan kerajaan Melayu Dharmasraya dari seorang ibu Melayu bernama Dara Jingga dan seorang bangsawan Kerajaan Singasari bernama Adwayabrahma.

 

Adwayabrahma adalah pejabat dari Kerajaan Singasari yang dikirim Kertanegara untuk mengiringi pengiriman arca Amoghapasa ke Suwarnabhumi. Sedangkan kalimat kanakamedini diidentikkan dengan Swarnnabhumi atau swarnnadwipa, yang mengacu pada arti tanah emas. Dengan demikian sebutan raja tanah emas ini diperuntukkan bagi Adityawarman.

 

Kalimat berikutnya, atau arti dari kata-kata yang terpahat, berisi tentang syair pujian dari Adityawarman untuk menjelaskan kedudukan dan keutamaannya. Dalam keterangannya, Adityawarman dianggap sebagai keturunan dari Wangsa Kulisadhara, yakni nama lain dari Dewa Indra atau Dewa Matahari. Adityawarman dianggap pula sebagai perwujudan dari Sri Lokeswara (Awalokiteswara).

 


Berikut ini teks dan penafsiran isi Prasasti Kuburajo I

Oṃ māṃla (kalimat sapaan dalam agama Budha)

virāga[ra] (dengan ikhlas)

Ādvayavarmma [m]putra Kaṇakamedinī[ndra] (putra Adwayawarman, penguasa bumi emas (kanakamedini)

śukṛtā[ā] vilabdha kusala(m) prasa(vati) (Dia yang telah menerima hasil dari jasanya)

dhru(vati) maitrī karuṇā[ā] mudīta upekṣā[ā] (Yang teguh dan penuh dengan belas kasih, yang sabar dan menenangkan)

yāca[k]kajaṇa kalpataru[r] upa[m]madāna (Yang murah hati bagaikan kalpataru yang memenuhi semua keinginan)

Ādityavarmma mbhūpa kulisa dharavaṅśa (Adityawarman raja dari keluarga Indra)

pratīkṣa avatāra śrī lokeśvara (Reinkarnasi dari sri lokeswara)

(source: kemdikbud.go.id)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad