Hari Buku Nasional 2024, Benahi Literasi dan Numerasi - Sonata | Moving for Education

Breaking

Post Top Ad


Post Top Ad

Sabtu, 25 Mei 2024

Hari Buku Nasional 2024, Benahi Literasi dan Numerasi


SONATA
.id
– Publikasi program Buku Bacaan Bermutu untuk Literasi Indonesia menjadi sorotan pada Hari Buku Nasional (Harbuknas) yang jatuh pada 17 Mei lalu.

 

Harapannya, berbagai kegiatan yang diusung dalam memperingati Harbuknas, dapat menumbuhkan kesadaran dan mendorong motivasi serta partisipasi publik, dan pemangku kepentingan untuk penguatan dan keberlanjutan program buku bacaan bermutu di masa mendatang.

 

Direktur Sekolah Dasar, Muhammad Hasbi, dalam presentasinya pada Harbuknas  itu, menegaskan bahwa upaya meningkatkan literasi dan numerasi peserta didik melalui pemanfaatan buku bacaan bermutu menjadi fokus perhatian Kemendikbudristek.

 

“Buku bacaan bermutu harus sesuai dengan preferensi anak atau peserta didik, memiliki beragam tema dan cerita, serta disesuaikan dengan kemampuan baca siswa atau peserta didik,” ujarnya.

 

Program ini, lanjut Hasbi, diarahkan untuk memberikan akses kepada peserta didik pada buku bermutu, yang dapat meningkatkan kemampuan literasi dan numerasi mereka. Studi dan penelitian menunjukkan bahwa ketersediaan buku bermutu berkorelasi positif dengan peningkatan hasil belajar peserta didik.

 

Selain itu, menurutnya, hadirnya buku bermutu memberikan imajinasi, menawarkan konteks baru, dan membuka peluang untuk memahami daerah, budaya, serta pengalaman di suatu tempat.

 

Guna mengakselerasi penyelenggaraan program akses terhadap buku bacaan bermutu, pemerintah melaksanakan upaya transparansi melalui publikasi terkait penyediaan Program Buku Bacaan Bermutu.

 

Oleh karena itu, Hasbi menilai penting untuk membuka komunikasi dalam rangka membangun kepercayaan masyarakat terhadap pembangunan literasi dan numerasi sehingga mendorong partisipasi aktif masyarakat dalam pembangunan pendidikan.

 

“Dengan memberikan informasi yang mudah diakses, pemerintah memastikan warganya memiliki pengetahuan yang memadai, yang pada gilirannya membantu menciptakan masyarakat yang lebih terdidik dan terlibat dalam pembangunan negara,” tambahnya.

 

Diketahui, survei PISA selama 10 tahun terakhir menunjukkan, literasi dan numerasi peserta didik Indonesia masih di bawah kompetensi minimal, dengan perubahan yang belum signifikan akibat krisis pembelajaran yang bertahun-tahun merundung Indonesia.

 

Krisis ini antara lain disebabkan karena ketimpangan antarwilayah dan kelompok sosial-ekonomi, serta disparitas teknologi pembelajaran. Untuk mengatasi hal ini, transformasi pembelajaran menjadi prioritas utama yang memerlukan percepatan. (SP)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad