Takbir, Takdir, dan Sepi - Sonata | Moving for Education

Breaking

Post Top Ad


Post Top Ad


Rabu, 10 April 2024

Takbir, Takdir, dan Sepi


SONATA
.id
– Kumandang takbir menggema di setiap sudut daerah ini. Semua bersuka-cita. Satu bulan penuh, Ramadhan telah dijalankan dengan shaum dan qiyamnya.

 

Kini saatnya muslim sedunia merayakan kemenangan, menjadi insan yang fitri, suci seperti baru dilahirkan ke dunia ini.

 

Tanpa terasa, genangan air mata kini jatuh di sela-sela gumaman takbir membesarkan Sang Pencipta atas segala nikmat dan karuniaNya.

 

Entah ini Idulfitri ke berapa sejak tak lagi bersama-sama mereka yang setiap waktu menjadi penyejuk jiwa. Kesendirian mengajarkan, teman terbaik selain orang tua adalah sepi. Dan saat ini, di keramaian suara takbir, di negeri yang baru saja diinjak beberapa bulan lalu, sepi itu yang akrab sebagai kawan sejati.

 

Indah, itulah kepantasan yang patut disebutkan untuk sebuah daerah yang menjadi tumpuan segala budaya Ranah Minang. Luhak nan Tuo, begitu sebutan untuk daerah yang berada di kaki Marapi yang tengah mengamuk sejak empat bulan silam.

 

Dan di sini pulalah hati tertambat untuk menghabiskan sisa-sisa usia. Setelah berseteru dengan diri sendiri, mengambil langkah untuk menetap, hingga tiba ketentuan Ilahi.

 

Wajarkah airmata ini mengalir kian deras, ketika kesendirian hanya dibuyarkan oleh senandung sepi yang datang bertalu-talu menghampiri? Entahlah. Siapapun mungkin akan menertawai, mencemooh karena melihat kulit luarnya saja. Tidak menyelami jauh ke lubuk terdalam dari kehidupan seseorang.

 

Ini adalah lebaran pertama, di negeri di mana dulu diamanatkan oleh seorang ibu pada anak tunggalnya untuk memilih naungan hidup.

 

“Ibu yakin, di sana kamu akan bertemu jalan hidup untuk bahagia.” Masih saja terngiang di telinga ucapan perempuan tercantik itu sambil mengelus kepala anak semata wayangnya.

 

Benar saja. Bahagia itu pernah menghampiri, namun pelan-pelan mulai hilang terbawa persoalan hidup. Kembali pada diksi memilih, antara kenyataan dan mimpi.

 

Namun, satu hal yang pasti, sepi ini akan menjadi kawan bercengkerama. Teman sejati yang selalu siap mendengarkan kidung kepedihan dari seorang anak manusia yang mengejar mimpi dan sejumput bahagia.

 

Mungkin akan tiba saatnya suatu ketika nanti. Sepi akan berganti senyum sumringah karena yang dinanti telah tiba, atau sebaliknya, ia akan menetap dalam diri. Selamanya.

 

Takbir masih terus menggema. Mengiringi langkah-langkah penuh senyum keluarga-keluarga yang saling bersalaman penuh makna. Dan di pojok ruangan ini, air mata akan terus dikuras kesendirian, bersama penantian pada setitik cahaya. Bahagia, atau hanya akan dipermainkan oleh rasa. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Shopee Indonesia

Post Top Ad



Shopee Indonesia