Silokek, Taman Bumi Perpaduan Kekayaan Hayati dan Budaya - Sonata | Moving for Education

Breaking

Post Top Ad


Post Top Ad


Rabu, 20 Maret 2024

Silokek, Taman Bumi Perpaduan Kekayaan Hayati dan Budaya

SONATA.id – Anda pernah beriwisata ke Geopark Silokek?  Geopark Silokek meliputi kawasan seluas 130 ribu hektare atau 1.300 kilometer persegi di dua kecamatan yaitu Sumpur Kudus dan Sijunjung, Kabupaten Sijunjung. Kawasan ini merupakan satu dari 66 objek wisata yang dikelola kabupaten, berjuluk Nagari Lansek Manih.

 

Air Terjun Batang Taye Silokek. (Foto: jadesta.kemenparekraf)


Julukan itu diambil dari lagu minang berjudul sama dan dipopulerkan oleh Elly Kasim era 1950-an. Pada salah satu liriknya, penyanyi legendaris Minang itu mengucapkan "Ko bukan sumbarang lansek, Sijunjuang lanseknyo manih". Lansek atau langsat adalah buah sejenis duku, dan rasanya manis serta menjadi ikon produk perkebunan dari Sijunjung.

 

Jarak Geopark Silokek sekitar 145 kilometer arah timur Kota Padang, dapat ditempuh selama empat jam perjalanan darat. Kalau dari Muaro Sijunjung, ibu kota kabupaten, jaraknya hanya 15 km saja.

 

Silokek adalah nama sebuah nagari sejuk bersuhu 23-24 derajat Celcius karena ada di perbukitan, sekitar 200 meter di atas permukaan laut (mdpl). Luas Nagari Silokek sekitar 1.918 ha dan masuk dalam Kecamatan Sijunjung. Mayoritas penduduknya adalah petani. 

 

Geopark merupakan gabungan dari dua kata dalam bahasa Inggris, yaitu geologydan park atau taman geologi dan lazim disebut pula sebagai taman bumi.

 

Wisata Rest Area Pintu Ngalau Silokek. (Foto: jadesta.kemenparekraf)


Menurut Peraturan Menteri Energi Sumber Daya Mineral (Permen ESDM) nomor 31 tahun 2021 tentang Penetapan Taman Bumi Nasional disebutkan, geopark adalah sebuah wilayah geografi tunggal atau gabungan, yang memiliki situs warisan geologi (geosite) dan bentang alam yang bernilai.

 

Juga terkait aspek warisan geologi (geoheritage), keragaman geologi (geodiversity), keanekaragaman hayati (biodiversity), dan keragaman budaya (cultural diversity).

 

Taman Bumi Silokek, memiliki 25 situs keragaman geologi, 12 situs keanekaragaman hayati, dan 17 situs keragaman budaya. Flora di tempat di antaranya padma raksasa raflesia, bunga bangkai raksasa atau suweg, dan jamur batang bersinar.

 

Sedangkan faunanya juga beragam seperti harimau sumatra, tapir, kambing hutan, kucing hutan, landak, siamang, binturong, dan burung enggang.

 

Pemandangan alamnya sungguh mempesona dengan persawahan hijau luas membentang dan pepohonan khas tropis mencoba menutupi warisan geologi tersembunyi Geopark Silokek, yaitu bebatuan purba dari masa ratusan juta tahun lampau dan telah melewati tiga era dalam skala waktu geologi.

 

Batuan tertua di sini seperti dikutip dari website resmi Geopark Silokek, terbentuk dari Era Paleozoikum, tepatnya pada periode Permian (299 juta-252 juta tahun lalu) dan Carboniferous (359 juta-299 juta tahun lampau).

 

Pertanian di Silokek dengan latar dinding Karst. (Foto: jadesta.kemenparekraf)


Jenis batuan dari Era Paleozoikum dan Carboniferous adalah batu gamping, serpih, filit, dan bawah. Tak hanya itu, karena terdapat pula batuan dari Era Pertengahan dan terbentuk di masa Triassic hingga Jurassic dengan batuannya berupa metamorf seperti marmer, batu sabak, granit dan lainnya.

 

Kemudian ada dari Era Kenozoikum berupa batuan sedimen yang mengendap di darat dan contohnya adalah batu bara yang banyak ditemui di sekitar Ombilin. Batu bara di Ombilin dengan cadangan 200 juta ton mulai ditambang sejak 1892 setelah diteliti oleh geolog Belanda Hendrik de Greve pada 1867.

 

Morfologi batuan purba di Silokek dapat disaksikan berupa tebing karst, dengan kemiringan landai dan bergelombang pada ketinggian 200-400 mdpl. Sedangkan, daerah dengan ketinggian 500-600 mdpl adalah puncak dari kawasan bukit karst.

 

Menurut peneliti dari Balai Penelitian dan Pengembangan Provinsi Sumbar Desi Widia Kusuma, punggungan atau bukit-bukit memanjang (elipsoid), ukurannya rata-rata 400-600 meter dan lebar 100-150 meter.

 

Tepat di bawah perbukitan dan tebing karst itu mengalir Batang Kuantan, sungai sepanjang 38 km yang hulunya merupakan pertemuan tiga anak sungai, Batang Ombilin, Batang Sukam, dan Batang Palangki. (source: indonesiagoid)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Shopee Indonesia

Post Top Ad



Shopee Indonesia