SONATA.id – Satu tendangan lurus mengarah ke dada Zayn. Sebagai seorang pebelajar pencak silat, sekaligus pemegang gelar pandeka di silek tuo, Zayn mampu menepis serangan itu.
Dikibaskannya lengan kirinya saat tepisan pada tendangan
laki-laki muda yang terlihat beringas tersebut. Zayn tahu, pemuda itu memang
berniat buruk padanya.
Terdengar bunyi gemeretak di tulang kaki lawannya. “Kurangajar,
berani kamu ya....” Pemuda di hadapan Zayn semakin emosi. Kakinya yang baru
saja ditepis Zayn ditariknya ke belakang. Kuda-kudanya berubah, semakin
merendah.
“Hei... Aku tidak punya urusan apapun denganmu!” Bentak
Zayn sambil melangkahkan kaki kanannya ke samping.
Pola langkah itu dalam silek, adalah cara mundur sambil
mencermati pergerakan lawan di hadapan. Dalam gerakan silek, tidak ada
ditemukan gerakan mundur dengan melangkah ke belakang.
Sementara itu, pemuda yang kini tampak kian diliputi
emosi itu merangsek maju dengan langkah cepat. Kuda-kudanya yang makin rendah
menandakan ia ingin segera melakukan serangan mematikan.
Zayn bukan anak kemarin sore. Di perguruan pendak
silatnya, Zayn adalah pelatih nasional. Ia sudah malang melintang dalam dunia
pencak silat. Dan pengalamannya selama belajar silek tuo pun, melekat kuat
dalam dirinya.
Tetapi, melihat pola gerakan lawan yang saat ini berniat
buruk padanya bukanlah hal yang bisa dianggap sepele. Mata Zayn menangkap
pemuda itu punya pengalaman yang tidak sedikit. Zayn tahu dari gerakan silek
yang dilakukan pemuda itu.
“Kamu harus mati di tanganku. Kamu telah merusak niatku untuk
mempersunting Kyara.....” Sambil mengucapkan kalimat itu, satu gerakan sapuan
yang sangat cepat melingkar menyentuh tanah mengarah ke kaki kanan Zayn.
Zayn berkelit. Sambil melangkah ke samping kiri, kaki
kanannya terangkat dengan cepat. Dan pada saat itu, kaki yang melayang di udara
tersebut ia hantamkan ke arah bahu pemuda yang sedang dikuasai amarah itu.
“Brak...” Pemuda itu tersungkur ke samping. Ia tak sempat
menghindar dari hantaman kaki Zayn. Bahunya kini menjadi sasaran empuk. Dan di
saat bersamaan, satu kaitan ibu jari dan telunjuk Zayn secepat kilat telah tiba
di lehernya, tepat di jakun pemuda itu.
“Jadi, kamu menginginkan Kyara?” Zayn tetap mengunci
tenggorokan pemuda itu dengan jepitan ibu jarinya. Sedikit saja pemuda di
depannya bergerak, jepitan jari itu akan berakibat fatal padanya. Tali napasnya
bisa tertarik keluar, dan dipastikan nyawanya akan melayang.
Pemuda di hadapan Zayn terdiam. Ia tahu, gerakan secepat
kilat Zayn membuktikan bahwa orang yang dihadapinya bukan laki-laki lemah.
Zayn melepaskan jepitan jarinya di leher pemuda itu. “Katakan,
kamu siapa dan mengapa berniat buruk padaku.” Bentak Zayn sekali lagi.
“Aku mencintai Kyara. Dan kamu datang ke sini ingin
merebutnya dariku.....” Seru pemuda itu masih dengan amarah yang meluap. Namun,
dari air mukanya, terlihat sekali mentalnya mulai jatuh. Tak disangkanya
laki-laki pendatang di daerahnya adalah pesilat tangguh.
“Aku merebut Kyara darimu? Jangan memfitnah! Aku juga
punya batas kesabaran.....” Zayn berdiri tegak. Kuda-kuda yang sebelumnya hanya
dibentuk dengan jarak pendek, kini kaki Zayn di rentangkan lebih jauh, ia mulai
meliukkan tubuh layaknya harimau bersiap menerkam mangsa.
“Ya, dan Kyara memilihmu. Aku mendengarnya langsung dari
gadis itu...” Pemuda yang tidak dikenali Zayn itu juga kembali memasang
kuda-kuda. Dan Zayn tahu, amarahnya semakin meledak.
“Terserah, aku tidak pernah mengenalimu. Dan kyara juga
tidak pernah bercerita apapun tentang hubungannya denganmu... Sekarang, kalau
menurutmu pertentangan ini bisa diselesaikan dengan perkelahian, aku terima...”
Zayn mulai tersulut. Ia tidak ingin disebut sebagai laki-laki perebut
perempuan.
Bersamaan kalimat Zayn, pemuda di hadapannya menyerang
dengan serangan jari yang terlipat. Serangan itu sangat berbahaya bila mengenai
tepat di sasaran.
Pemuda itu kini hanya berjarak satu depa di hadapan Zayn.
Serangan tangan yang diarahkan ke pangkal leher Zayn melayang dengan sangat
cepat.
Tubuh Zayn berkelit. Ia melakukannya tanpa mengubah
posisi kuda-kuda. Dalam silek, gerakan
itu disebut gelek atau hindaran
setengah badan.
Serangan pemuda itu lewat di samping bahu Zayn. Hanya berjarak
beberapa senti saja. Bila saja Zayn terlambat, pangkal lehernya dipastikan
patah.
Zayn merasakan angin serangan pemuda itu cukup kuat. Tenaga
yang dilontarkannya dapat saja meremukkan tulang leher Zayn.
Saat berkelit, Zayn melangkah pendek ke depan, semakin
mendekat ke tubuh lawannya. Dan satu sentakan siku kiri Zayn melesak tajam
menyasar samping dada lawannya.
“Bukkk...” Kembali tubuh pemuda di depan Zayn terpental
ke belakang dan jatuh ke tanah. Pemuda itu meringis kesakitan sambil memegang
dadanya. Serangan balasan dari Zayn tak mampu dihindarinya.
Sambil meringis, pemuda itu bangkit. Gerakannya bangkit
itu terlihat tidak kuat menyangga tubuhnya. Ia limbung. Dan bertepatan dengan
itu, Zayn pun memanfaatkan kesempatan untuk melepaskan serangan.
Kembali pemuda di depannya terjungkal tanpa sempat menghindar.
Dan secepat kilat pula, Zayn mengunci lengan pemuda itu dengan satu tangan.
“Hentikan...! Jangan teruskan! Kamu hanya akan menyakiti
dirimu sendiri. Jangan sulut emosiku....” Ucap Zayn. Dari nada bicaranya,
tampak Zayn benar-benar sudah emosi. Murid kesayangan Buya Rahim itu hampir
saja hilang kendali.
“Lepaskan...! Teriak pemuda itu. Tapi Zayn tidak mau
memberi kesempatan. Kunciannya bukan sembarang kuncian. Bila lawannya memaksa,
satu lengannya akan patah.
“Ingat! Aku bukan lawanmu. Aku tidak kenal siapa kamu.
Dan tidak ada urusan apapun denganmu. Urusan Kyara, siapa yang akan dipilihnya
adalah haknya....” Seru Zayn.
“Bangsat... Jangan kau nasehati aku...” balas pemuda itu
yang masih menahan rasa sakit akibat kuncian Zayn.
Karena dikuasai emosi yang tidak terbendung, pemuda itu
lupa diri. Dipaksakannya melepaskan kuncian Zayn. Ia memutar tubuhnya dengan
melangkah ke bagian dalam kuda-kuda Zayn. Gerakan tanpa perhitungan itu membuat
kuncian Zayn makin kencang. Dan tanpa disadari pemuda itu, Zayn menekuk lengan
pemuda itu ke bawah.
Bunyi tulang patah terdengar cukup kencang, berbarengan
dengan lolongan pemuda itu. Ia ambruk, dan tak sadarkan diri.
Zayn melepaskan kunciannya. Lengan pemuda itu terlihat
terkulai tanpa kekuatan. Zayn berdiri tegak di hadapan tubuh pemuda yang tak
sadarkan diri itu.
Siapa pemuda itu? Apakah benar ia punya hubungan dengan Kyara? ...... bersambung. (ilustrasi: net)
(Cerita ini adalah cuplikan dari novel
budaya Rindu di Pelukan Badai)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar