SONATA.id – Sedang tren, minyak makan merah disarankan Ahli Gizi Masyarakat, Dr dr Tan Shot Yen hanya untuk menumis saja.
"Kalau mau membeli minyak merah, coba dipakai hanya
untuk menumis saja masih oke, jadi pemakaiannya sedikit. Yang ditakutkan adalah
dari minyak-minyak yang tidak melalui proses rafinasi yang
berkepanjangan," katanya dilansir dari RRI, Jumat (15/3).
Karena, katanya, minyak yang biasa dipakai sudah bening,
jernih, dan melalui proses rafinasi berkepanjangan. Tentu ini biasanya akan
mempengaruhi titik didih.
"Pada minyak yang masih mentah yang prosesnya tidak
panjang itu titik didihnya masih agak lebih rendah. Artinya, kalau
minyak-minyak dalam proses titik didih rendah maka cenderung mudah rusak,"
ujar dia.
"Maka kalau dipanaskan sampai dengan diatas 180
derajat. Kalau menggoreng biasanya sampai 200 derajat."
Sejauh yang dirinya tahu, ternyata minyak masak merah itu
berasal dari kelapa sawit yang warnanya merah tua. Minyak ini tidak melalui
proses bleaching, sedangkan minyak yang biasa dipakai biasanya melalui proses
yang lebih panjang seperti ravinasi.
"Minyak yang kita pakai di bleaching karena kita
lebih senang mempunyai minyak yang lebih bening. Yang menjadi masalah adalah
promosinya mengandung vitamin," katanya.
"Kalau penggunaannya digoreng sama saja, karena yang
dimaksud dengan vitamin itu justru sensitif dengan suhu. Artinya, vitamin a
atau e mudah rusak dengan pemanasan."
Untuk diketahui, arti dari minyak makan merah ini diatur
dalam Peraturan Menteri (Permen) Koperasi dan UKM Nomor 5 Tahun 2023. Permen
ini mengatur tentang Tata Kelola Minyak Makan Merah berbasis Koperasi.
Nah, minyak
makan merah adalah minyak yang diperoleh dari rafinasi tanpa pemucatan dan
deodorisasi. Jadi minyak makan merah didapat melalui fraksinasi minyak kelapa
sawit mentah (CPO), yang digunakan sebagai minyak goreng.
Bahasa Inggris dari minyak makan merah adalah refined
palm oil. Minyak makan merah adalah produk dari minyak sawit mentah (CPO).
Warna merah dari minyak ini berasal dari kelapa sawit
yang berwarna merah tua. Kalau minyak yang biasa kita temui berwarna keemasan,
karena sudah melalui proses penyulingan atau bleaching. (source: Pro3RRI)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar