SONATA.id -- Para penulis diajak mengangkat nilai-nilai kearifan lokal di daerah dalam naskah atau cerita-cerita yang ditulis.
"Di seluruh perpustakaan, termasuk di daerah, kami mendorong adanya pembuatan buku berbasis nilai lokal. Misalnya, apa yang menarik menurut para penulis lokal yang harus diangkat, kemudian mereka tulis dengan standar karya sastra, dan diterbitkan," kata Pelaksana Tugas Kepala Perpustakaan Nasional (Perpusnas) E Aminudin Aziz di Perpusnas, Jakarta,beberapa hari lalu.
Ia mengemukakan, hal tersebut saat ditemui usai acara
peluncuran buku oleh Wakil Ketua Komisi X DPR RI Abdul Fikri Faqih berjudul
"Darurat Literasi Indonesia: Urgensi Reformulasi Sinergi dan
Kolaborasi".
Aminudin juga menyebutkan, Perpusnas mendorong penulis
untuk mengangkat kearifan lokal tersebut dengan pembiayaan
dari perpustakaan daerah masing-masing.
"Ini terus kami dorong, programnya dari Perpusnas,
dan pembiayaannya dari perpustakaan daerah masing-masing. Ini salah satu upaya
yang kami ingin lakukan supaya kolaborasi antara penulis, penerbit, dan
perpustakaan terjalin dengan baik," ucapnya.
Ia mengutarakan, Perpusnas juga telah menyelenggarakan
pameran bersama Ikatan Penerbit Indonesia (Ikapi) sebagai salah satu langkah
untuk meningkatkan kolaborasi.
"Bulan lalu kami menyelenggarakan pameran peluncuran
buku bersama Ikapi jadi sudah ada bibit-bibit untuk ke sana (kolaborasi
perpustakaan, penulis, dan penerbit)," ujar dia.
Ia menegaskan, Perpusnas juga telah merespons peningkatan
indeks literasi masyarakat di Indonesia dengan mendirikan 10 ribu perpustakaan
di desa.
"Ketika saya masuk ke Perpusnas, ketiadaan
perpustakaan di desa kami respons dengan cepat. Tahun ini kami dirikan 10 ribu
perpustakaan di desa, pengadaan bukunya kolaborasi dengan Badan Bahasa,
Kemendikbudristek, sehingga satu perpustakaan desa akan mendapatkan
1.000 buku," tuturnya.
Aminudin yang juga menjabat sebagai Kepala Badan
Pengembangan dan Pembinaan Bahasa Kemendikbudristek ini menyebutkan,
di tahun 2024 pihaknya akan mencetak 21 juta buku untuk merespons kekurangan
bahan bacaan.
"Untuk merespons kekurangan bahan bacaan, kami di
Badan Bahasa tahun lalu telah meluncurkan buku 15,4 juta, dan di tahun ini juga
akan kami tingkatkan dengan mencetak 21 juta buku," paparnya.
Ia juga mengutarakan, Perpusnas sedang menyusun standar
perpustakaan baik di sekolah, madrasah, perguruan tinggi, maupun perpustakaan
umum, agar tidak ada standar ganda.
"Standardisasi untuk perpustakaan sedang diubah
instrumennya. Konsepnya sudah kita sepakati bersama, isinya juga telah kami
diskusikan antara Perpusnas dengan perpustakaan desa, dan sudah
di-'review' juga oleh desa, sehingga tidak ada lagi dualisme standar,"
katanya. (infopublik/Foto: Pribadi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar