SONATA.id – Kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI), sering digunakan dalam penulisan ilmiah. Penggunaan AI sebenarnya tak dipersoalkan.
llustrasi Artificial
Intelligence by grid.id
Syahrir Ika, Ketua Umum Perhimpunan Periset Indonesia
(PPI), menekankan ada etika penggunaan AI dalam penulisan ilmiah. AI hanya
digunakan sebagai alat bantu awal.
"Tidak untuk menganalisis dan menarik kesimpulan
dari data AI sebagai bagian dari proses penelitian," tegas Syahrir dalam
BRIEF #113 Ramadhan dan Filosofi Etika: Kode Etik dan Kode Perilaku Periset
di YouTube BRIN dikutip Senin, 25
Maret 2024.
Syahrir menyebut, bila penulis menggunakan AI generatif
dan teknologi berbantuan Al dalam proses penulisan, penulis hanya boleh
menggunakan teknologi AI untuk meningkatkan keterbacaan dan bahasa. Penerapan
teknologi tersebut harus dilakukan dengan pengawasan dan kontrol manusia.
"Mesti ada pengawasan dan kontrol manusia dan
penulis harus meninjau dan mengedit hasilnya dengan hati-hati, karena AI dapat
menghasilkan sesuatu yang bisa saja salah, tidak lengkap, atau bias,"
ujarnya.
Dia menegaskan, penulis tidak bisa mencantumkan AI
sebagai bahan kutipan. Selain itu, kutipan harus dapat dipertanggungjawabkan.
"Harap dicatat bahwa penulis pada akhirnya
bertanggung jawab dan bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan isi
karya," tegas Syahrir. (medcom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar