SONATA.id – Balai Media Kebudayaan (BMK) Kemdikbudristek, menyelenggarakan tiga program perfilman nasional.
Tiga program perfilman yakni Open Call Layar Cerita Perempuan
Indonesiana (LCPI), Layar Animasi Anak Indonesiana (LAAI), dan Layar
Anak Indonesiana (LAI).
Melalui ketiga program tersebut, BMK Kemendikbudristek
memberi kesempatan kepada para sineas tanah air untuk
mengajukan gagasan karya film bagi penonton anak-anak,
dan film yang mengangkat cerita perempuan Indonesia berbalut nilai
budaya, tradisi, serta kearifan lokal.
Open Call
Indonesiana.TV merupakan program lanjutan yang telah digelar sejak
2023. Bedanya, tahun ini ditambahkan
program LAAI untuk memperkaya khazanah film animasi bagi
anak-anak di tanah air.
Mulai Februari 2024, BMK Kemdikbudristek mengundang para
sineas untuk mengirimkan proposal produksi film LCPI, LAAI,
dan LAI.
Kepala BMK Kemdikbudristek, Retno Raswaty
mengatakan, prinsip tujuan dari pelaksanaan Open
Call LAAI dan LAI adalah memperkuat ekosistem perfilman
nasional. Sekaligus menambah pustaka konten kebudayaan bagi anak-anak
untuk menanamkan pendidikan karakter, nilai budaya, dan kearifan
lokal sehingga mendukung pemajuan kebudayaan.
Sedangkan Open
Call LCPI, ungkap Retno, selain untuk penguatan ekosistem
perfilman Tanah Air, juga sebagai bentuk apresiasi kepada seluruh
perempuan di Indonesia yang telah mempertahankan praktik seni budaya, adat
Istiadat, dan pengetahuan tradisional dalam menghadapi perubahan iklim.
“Nantinya hasil produksi film dari Open Call LCPI, LAAI, dan
LAI akan ditayangkan di Indonesiana.TV dan media lainnya yang bekerja
sama dengan Kemdikbudristek sebagai mitra siar Indonesiana.TV,” ujar
Retno, di Jakarta, beberapa hari lalu.
Gempuran informasi dan pesatnya perkembangan teknologi
ikut mempengaruhi bagaimana anak-anak Indonesia mengonsumsi
tayangan-tayangan melalui gawai.
Dengan begitu, media yang bisa diakses melalui gawai
harus menyediakan konten-konten yang menonjolkan budi pekerti,
hiburan sehat, apresiasi, estetika, dan mendorong rasa ingin tahu mengenai
lingkungan serta budaya kita sendiri.
“Untuk LCPI, BMK Kemdikbudristek ingin mengisahkan segala keragaman cerita
perempuan dari berbagai daerah di Indonesia dengan keunikan kearifan lokal dan
kekayaan ragam seni budaya yang menghidupinya sehingga ikut memperkenalkan
secara luas khazanah kehidupan di Indonesia yang etik,” ucap Retno.(kemdikbud/Foto: net)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar