SONATA.id – Peneliti Pusat Riset Antariksa Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), Farahhati Mumtahana, mengungkapkan puluhan fenomena antariksa bakal terjadi sepanjang 2024.
Di awal tahun, khususnya pada Januari, kata dia, terdapat
perihelion. Fenomena ini adalah ketika titik orbit bumi berada di titik
terdekat dengan matahari.
"Jadi, bumi mengitari matahari itu berbentuk elipse,
lintasannya tidak lingkaran sempurna, jadi akan mengalami jarak yang lebih
panjang dan jarak yang lebih pendek. Nah, untuk titik perihelion ini, tanggal 3
kemarin itu orbitnya paling dekat dengan matahari," kata Farah dalam
siaran YouTube BRIN dikutip Senin (8/1).
Dia menjelaskan saat terjadi fenomena perihelion, jarak
bumi dan matahari adalah 147 juta kilometer. Sedangkan, pada titik terjauhnya
atau aphelion, jarak bumi dan matahari adalah 150 juta kilometer.
Kemudian, pada tanggal 3 dan 4 Januari, juga terjadi
hujan meteor kuadratis. Fenomena ini akan terjadi cukup banyak di 2024.
Farah menjelaskan hujan meteor berasal dari pecahnya
komet atau asteroid yang bergesekan dengan atmosfer bumi. Sehingga, akhirnya
muncul pancaran cahaya.
Namun, hujan meteor kuadratis tidak akan terlalu
tampak di Indonesia. Sebab, fenomena ini terjadi di belahan bumi utara.
"Sayangnya itu tidak akan terlalu nampak, karena
kuadratis ini, arah radian atau pancarannya itu berada di sekitar big dipper yang menandakan itu ada
di belahan bumi utara," ungkapnya.
Kemudian, pada 11 Januari merupakan awal muncul bulan
baru. Sehingga, bulan purnama akan terjadi di tanggal 25 Januari.
"Kalau bulan purnama langitnya akan sangat terang.
Jadi, akan terpengaruh saat kita bisa lebih jelas melihat bintang," tutur
dia.
Sementara itu pada 12 Januari, Merkurius akan terletak
pada elongasi barat terbesar. Farah menuturkan Merkurius akan mencapai sudut
2-2,5 dari matahari, yang membuat Merkurius dapat dengan mudah disaksikan
dengan teropong apabila langit minim polusi cahaya, debu, dan sebagainya. (medcom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar