SONATA.id – Setiap masa, akan mengalami perubahan. Dan tiap-tiapnya akan berdampak pada keadaan manusianya. Termasuk dalam cinta.
Sekecil apapun perubahan itu, akan terasa begitu nyata.
Entah karena memang cinta tak lagi pantas diberikan tempat di hati, atau karena
ia hanya mampir sesaat untuk selanjutnya pergi.
Kekasih, aku tidak akan pernah memaksakan cinta ini
menyatu dalam jiwa kita. Walau kuyakin, kita sama. Namun, langkah-langkah kaki
ini adalah pilihan. Arah mana saja yang akan ditempuh, semua terletak di
pikiran.
Hari ini, cinta bisa saja kita agungkan dengan segala
harapan dan angan-angan. Dan di waktu yang lain, mungkin saja cinta menjadi
sesuatu yang terasa mengganggu kehidupan. Entah itu karena hidup sedang
berjalan menjadi lebih baik, atau karena pertimbangan untuk memperbaiki keadaan
yang lain.
Sekali lagi, itu adalah pilihan di antara pilihan-pilihan
yang dapat dilakukan. Aku tidak sedang menggurui, karena tidak seorang pun
menyukai bila dirinya diajari tentang hidup.
Dulu, di waktu yang telah sangat lama. Telah pula kuceritakan
padamu tentang kebencianku pada kaummu. Rasa benci yang teramat sangat, bukan
kepalang. Kini luluh di pangkuanmu. Begitu kuasaNya terhadap perubahan alam,
hingga seorang lelaki kini hidup dalam doa-doanya pada sebuah harapan.
Tahukah kau, tidak sesaat pun aku lupa menyebut namamu?
Tahukah kau setiap waktu yang kumiliki menjadi dunia baru untukku? Mengeja
namamu, dalam dunia yang teramat luas bagiku dalam kesendirian. Hingga tak
jarang, semua tentang kita terbawa ke alam mimpi.
Dan ketika kuterjaga, kalimat pertama yang keluar dari
mulutku adalah, “sayang, aku sangat rindu.” Entah kegilaan seperti apa lagi
yang akan kulalui dari waktu ke waktu. Sementara, di satu sisi lain, kusadari
bahwa semua tidak mudah. Karena cinta, tidak akan membawa bahagia dalam diri
kita, bila keduanya terpisah. Bukan karena secara fisik, tapi tersebab arah
yang bisa saja membedakannya.
Kini, di sini, aku lebih sering tercenung dalam diamku.
Setelah doa-doa kupanjatkan dengan air mata di hadapanNya, aku pun berpikir,
apakah jalan ini bisa kita tempuh bersama?
Aku bukan laki-laki plin-plan yang dapat berubah seketika
atau di waktu yang lebih lama. Aku sangat mengenali diriku. Hati yang tegas dan
keras pada prinsip, tak dapat ditawar hanya dengan satu pertimbangan yang
datang dari manapun.
Kekasih, berlembar-lembar suratku ini, dapat kau baca
dengan kesungguhan. Dan darinya kau akan tahu, aku mencintaimu jauh lebih besar
daripada yang kau tahu. Tapi aku, bukanlah lelaki yang pandai merayu dengan
kata-kata semanis madu. Apa yang kupikirkan, akan kubahasakan sesuai
karakterku.
Dan untukmu, kau sendiri pula yang lebih tahu. Ingatlah,
bila bulan sabit telah kau lihat di langit sana, sebentar lagi pasti akan
purnama. Pahamilah pergerakan alam, karena dengannya kau akan peroleh
pengajaran tentang hidup. Bila tidak, kita hanya jadi dua insan yang menekuri
bumi dengan angan-angan. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar