SONATA.id – Perjalanan ini, telah membawa kita pada satu titik, di mana kita harus berpikir ulang tentang takdir. Dan kukatakan padamu, persoalan apapun yang melintas di hadapan, tiada dapat mengalahkan besarnya cinta ini.
Tahukah kau apa yang paling kutakutkan dalam hidupku hari
ini? Sesuatu yang selama ini membuatku merasakan hidup ini punya arti. Aku
takut kehilangan dirimu. Karena dengan begitu, aku juga akan kehilangan diriku
selamanya.
Aku tidak akan pernah siap untuk kembali pada
kehidupanku, saat sebelum kau hadir
dalam hati ini. Sejak bertemu, dan cinta tumbuh di hatiku, di saat itu pula aku
telah putuskan untuk memilih jalan hidupku di sini. Di dekatmu, dan ingin
selalu ada di sampingmu.
Sayang, kita telah melalui jalanan panjang walau baru
saja kebersamaan ini ada dalam diri. Dan aku ingin sampaikan, yakinlah bahwa
cinta ini adalah sesuatu yang diperuntukkan bagi kebaikan. Dan kumohon padamu,
percayalah. Dan Allah berikan kemudahan
melewatinya.
Aku mungkin bukan
laki-laki terbaik, bukan pula sosok yang dapat diandalkan untuk urusan duniawi.
Tapi aku juga bukan laki-laki yang mudah dipermainkan oleh nasib. Aku adalah
aku, laki-laki yang dikenal orang keras terhadap hidup, bahkan keras pada diri
sendiri.
Hari ini, sejak
pagi, aku telah memutuskan bahwa hidup ini harus terus berlanjut. Karena kini
ada tanggungjawab yang sudah kuucapkan padamu. Aku tidak akan melangkah surut,
karena itu tidak pernah diajarkan padaku, apalagi kami sebagai anak Melayu yang
pantang melihat ke belakang.
Mungkin selama ini
aku terlena dengan kebiasaan-kebiasaan yang memanjakan diri dengan kesendirian.
Walaupun hal itu juga bukan kesenangan. Tapi kini, tak pantas lagi kukemukakan,
karena kesendirian itu telah berakhir. Ada cinta yang yang harus kuperjuangkan,
walau taruhannya adalah kesakitan.
Pernahkah kau tahu
tentang kami laki-laki Melayu? Laki-laki yang menghamba pada kebaikan, bukan
pada keburukan. Kami anak Melayu setia pada sumpah, melaratnya pada budi, dan
matinya pada janji. Itu harga diri kami.
Kini di sini,
dengan segala keadaan untuk berdamai dengan waktu, tentunya juga bukan sesuatu yang
harus dipertahankan. Langkah demi langkah harus terus bergerak seayun cita-cita
yang tak boleh disepelekan.
Aku mencintaimu,
lebih dari dunia ini, lebih dari diriku sendiri. Hanya satu harapan yang
kutanam dalam hati, kau harus bahagia di depan mataku. (*/ilustrasi: net)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar