Menjadi Bijaklah, Menggenggam Bara Biar Sampai Jadi Arang - Sonata | Moving for Education

Breaking

Post Top Ad


Post Top Ad

Jumat, 24 November 2023

Menjadi Bijaklah, Menggenggam Bara Biar Sampai Jadi Arang


SONATA
.id
– Melewati terjalnya kehidupan, banyak hal yang dilalui. Kadang ada saatnya lelah menerpa, dan berhenti sejenak akan menjadi obatnya.  

 

Begitulah hidup. Setiap orang, akan berbeda ceritanya bila ditanya dan diajak berdiskusi. Tiap-tiap bubungan rumah, di bawahnya ada kisah yang tidak pernah diketahui orang lain. Beribu masalah, bahkan sampai ada yang memilih untuk keluar dari pintu-pintunya tanpa pernah lagi menoleh lagi ke belakang.

 

Keniscayaanlah dalam hidup, setiap eksistensi akan melahirkan ragam persoalan, masalah demi masalah. Tapi selagi bernama hidup, seninya ada di antara seluk-beluk persoalan itu. Kepiawaian manusia dalam menyikapinya, adalah kunci dari kemaslahatan yang jadi tujuan.

 

Adagium Melayu menyebut, bara yang digenggam biarkan sampai jadi arang. Perumpamaan yang kadang sebagian orang salah kaprah dalam menginterpretasinya. Dan berlawan makna dengan sebutan orang seperti ‘ibarat menggenggam bara’.

 

Setiap persoalan hidup, bahkan penulis dan anda yang membaca, selalu dihadapkan pada kenyataan; semua seolah setiap masalah dan persoalan tanpa kemungkinan penyelesaian. Atau ada yang menyatakan, persoalan hidupnya, ibarat berada di lorong kegelapan tanpa ujung, tanpa cahaya setitikpun di arah depan.

 

Ketahuilah, hidup tidak hanya persoalan menghabiskan waktu dari hari menjadi pekan, pekan menjadi bulan, bulan menjadi tahun. Hidup adalah suatu bagian dari perjalanan panjang manusia menuju Rabb-nya. Hidup bukan sekadar mengisi waktu hingga ajal datang menjemput, tanpa memikirkan bagaimana mengatasi setiap persoalan yang datang bertubi, silih berganti.

 

Kekuatan diri, adalah pondasi pertama untuk memaknai hidup. Segunung masalah, selautan persoalan, tidak akan tiba di muara penyelesaian, bila hidup dipikirkan hanya untuk hari ini saja. Akan sangat merugi keadaan manusia yang diberi kelebihan akal budi dan kekuatan hati, bila arah dan tujuan tak dipandang sebagai suatu capaian.

 

Keyakinan, pun menjadi hal penting kedua setelah kekuatan diri. Bahwa hangatnya bara yang digenggam, melukai bahkan sampai melelehkan darah kesakitan, itu semua tidak akan berlangsung lama bila keyakinan menjadi penguatnya. Bara (persoalan hidup), akan tiba pada titik di mana ia akan berhenti menyala, menjadi bara.

 

Ibarat pepatah, ‘buangkan yang keruh smabil yang jernih. Manusia tidak boleh lupa, keruhnya permasalahan hidup, seperti berenang di lautan dangkal yang airnya berlumpur. Sepandai-pandainya membersihkan diri, keruh airnya akan melekat dan terlihat juga.

 

Lalu bagaimana? Setiap manusia punya pilihan. Memilih adalah langkah penting untuk mengawali perubahan. Memilih untuk mengarungi air yang jernih, dapat dilakukan selagi ada kesempatan sebelum datang penyesalan. Ketahuilah,  waktu tidak pernah bersepakat menunggu di depan. Ia akan terus berlari, tanpa pernah menanti untuk sekadar duduk bergurau senda.

 

Maka, bijaklah menatap hidup. Menjadi bijaklah membersamai waktu. (disarikan dari buku Pendidikan Karakter Anak Melayu – Nova Indra)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad