SONATA.id – Melewati terjalnya kehidupan, banyak hal yang dilalui. Kadang ada saatnya lelah menerpa, dan berhenti sejenak akan menjadi obatnya.
Begitulah hidup. Setiap orang, akan berbeda ceritanya
bila ditanya dan diajak berdiskusi. Tiap-tiap bubungan rumah, di bawahnya ada
kisah yang tidak pernah diketahui orang lain. Beribu masalah, bahkan sampai ada
yang memilih untuk keluar dari pintu-pintunya tanpa pernah lagi menoleh lagi ke
belakang.
Keniscayaanlah dalam hidup, setiap eksistensi akan
melahirkan ragam persoalan, masalah demi masalah. Tapi selagi bernama hidup,
seninya ada di antara seluk-beluk persoalan itu. Kepiawaian manusia dalam
menyikapinya, adalah kunci dari kemaslahatan yang jadi tujuan.
Adagium Melayu menyebut, bara yang digenggam biarkan sampai jadi arang. Perumpamaan yang
kadang sebagian orang salah kaprah dalam menginterpretasinya. Dan berlawan
makna dengan sebutan orang seperti ‘ibarat menggenggam bara’.
Setiap persoalan hidup, bahkan penulis dan anda yang
membaca, selalu dihadapkan pada kenyataan; semua seolah setiap masalah dan
persoalan tanpa kemungkinan penyelesaian. Atau ada yang menyatakan, persoalan
hidupnya, ibarat berada di lorong kegelapan tanpa ujung, tanpa cahaya
setitikpun di arah depan.
Ketahuilah, hidup tidak hanya persoalan menghabiskan
waktu dari hari menjadi pekan, pekan menjadi bulan, bulan menjadi tahun. Hidup adalah
suatu bagian dari perjalanan panjang manusia menuju Rabb-nya. Hidup bukan
sekadar mengisi waktu hingga ajal datang menjemput, tanpa memikirkan bagaimana
mengatasi setiap persoalan yang datang bertubi, silih berganti.
Kekuatan diri, adalah pondasi pertama untuk memaknai
hidup. Segunung masalah, selautan persoalan, tidak akan tiba di muara
penyelesaian, bila hidup dipikirkan hanya untuk hari ini saja. Akan sangat
merugi keadaan manusia yang diberi kelebihan akal budi dan kekuatan hati, bila
arah dan tujuan tak dipandang sebagai suatu capaian.
Keyakinan, pun menjadi hal penting kedua setelah kekuatan
diri. Bahwa hangatnya bara yang digenggam, melukai bahkan sampai melelehkan
darah kesakitan, itu semua tidak akan berlangsung lama bila keyakinan menjadi
penguatnya. Bara (persoalan hidup), akan tiba pada titik di mana ia akan
berhenti menyala, menjadi bara.
Ibarat pepatah, ‘buangkan yang keruh smabil yang jernih. Manusia
tidak boleh lupa, keruhnya permasalahan hidup, seperti berenang di lautan
dangkal yang airnya berlumpur. Sepandai-pandainya membersihkan diri, keruh
airnya akan melekat dan terlihat juga.
Lalu bagaimana? Setiap manusia punya pilihan. Memilih adalah
langkah penting untuk mengawali perubahan. Memilih untuk mengarungi air yang
jernih, dapat dilakukan selagi ada kesempatan sebelum datang penyesalan.
Ketahuilah, waktu tidak pernah
bersepakat menunggu di depan. Ia akan terus berlari, tanpa pernah menanti untuk
sekadar duduk bergurau senda.
Maka, bijaklah menatap hidup. Menjadi bijaklah membersamai
waktu. (disarikan dari buku Pendidikan
Karakter Anak Melayu – Nova Indra)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar