SONATA.id – Entah cinta ini akan sampai di mana. Entah akan sama seperti kisah novel yang sedang kita tulis. Endingnya akan jadi sesuatu yang aku sendiri tak akan pernah tahu, karena di sana, aku akan meninggalkan dunia ini selamanya.
Tetapi, aku telah berusaha menjaga cinta ini. Cinta yang
datang tanpa kuminta, yang diletakkan Allah di hati yang belasan tahun hanya
tahu satu hal; membenci.
Persimpangan-persimpangan pun semakin jelas terlihat di
depan mata. Di hadapanku, di hadapanmu. Seolah melambaikan tangan, mengajak
kita untuk memilih langkah sendiri. Begitukah yang kau mau?
Aku menolaknya. Aku memilih untuk terus ada di sampingmu.
Bersisian saling genggam, walau tiada sepatah kata pun keluar dari mulut kita.
Biarkan hati dan jiwa kita bicara. Bicara tentang rindu yang menggebu, cinta
yang tak pernah mengucapkan kata merusak hati.
Dan satu kalimatmu, jatuh di dasar hatiku. “Aku sayang
padamu. Tapi jangan terlalu berharap, karena kau tahu keadaanku.” Kalimat itu
menusuk hatiku terlalu dalam, hingga ke sudut jantung. Bila itu keluar dari
kebenaran yang ada di hatimu, ketahuilah, aku juga menyayangi diriku. Diri yang
ingin kuserahkan padamu, untuk bahagia dan kebersamaan hingga ajal kita datang
menjelang.
Tidakkah kita perlu menguasai diri untuk membesarkan
cinta ini? Cinta yang kuyakini bukan hanya untukku, tapi juga untuk bahagiamu.
Telah pula kusebutkan padamu, bagiku cinta lebih besar dari segala persoalan
yang menghampiri.
Bukankah cinta selalu ingin memiliki? Tidak seperti
katamu, ‘walau kita bersama atau tidak, aku ingin kau terus ada, membersamai.’
Kini, aku belajar banyak tentang perempuan. Makhluk yang
disanjung tinggi oleh keyakinan yang ada dalam diri kita. Kau bagiku, kucintai sama
seperti aku mencintai ibu yang melahirkan dan merawatku. Cinta tanpa batas,
tanpa alasan yang dapat membuatnya pudar di kemudian hari.
Kau menjadi duniaku sejak pertama kali cinta ini ada.
Dunia yang sempit seperti katamu, tetapi buatku adalah dunia yang teramat luas,
tempatku membentangkan segala harap, menitipkan seluruh hidup dan jiwaku. Juga
tempatku belajar menjadi laki-laki.
Padaku, kau bisa tumpahkan segalanya. Marah, kesal,
bahkan makian sekali pun. Biarkan aku menerimanya ketika aku salah. Karena aku
satu-satunya yang akan memahamimu. Perempuan yang kupahami karena cinta di
hatiku. Cinta yang kuyakin akan memperbaiki masa di hadapan kita, kau dan aku.
(*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar