Surat Untuk Kekasih; Dermaga Terakhir - Sonata | Moving for Education

Breaking

Post Top Ad


Post Top Ad

Jumat, 13 Oktober 2023

Surat Untuk Kekasih; Dermaga Terakhir




SONATA
.id
– Cinta ini lahir bukan karena syahwat. Ia datang dan menetap tersebab takdir Ilahi.

 

Entah karena waktu yang memilihkan, atau mungkin oleh perjalanan yang harus berliku, kini cinta berlabuh menurunkan sauh sedalam-dalamnya di dermaga. Aku pun berharap, ini adalah dermaga terakhir yang kudatangi.

 

Sepanjang hidup yang kulalui dalam perjalanan, aku pernah singgah di pelabuhan lain. Tapi bukan untuk menetap, karena kehadiran tidak disebabkan panggilan rindu, hanya langkah saja yang membawa mampir sesaat.

 

Dermaga lain itu, bukan seperti di kota ini. Tidak kutemui tambatan hati, hanya musim yang kering-kerontang, datang dan lalu memilih pergi. Tidak satupun ada tautan hati yang menahannya, walau ada tawaran untuk sekadar diam sesaat, menyunggingkan senyum dan tawa.

 

Di sini, perahu kutambatkan untuk tak lagi berlayar. Simpul mati yang kubiarkan terbenam di kedalaman genangan yang tak akan pernah kuangkat dan buka kembali.

 

Kuharap di dermaga, panggilan rindu yang tak pernah hilang itu tetap bergema sepanjang waktu. Hari demi hari, kubiarkan ingatanku melupakan sejarah hidup yang kulalui penuh luka, luka yang dibasahi garam dan asam kehidupan.

 

Tahukah kau? Aku bukan pengembara yang sedang mencari sejumput kerlingan orang yang lalu lalang di hadapan. Bukan pula laki-laki yang sedang mengintai kesempatan untuk bermalam di pantai yang lengang. Tidak! Aku tidak sedang membangun istana pasir yang akan terbawa gelombang pasang.

 

Inilah hidup. Aku belajar dari kesalahan, kealpaan, dan kemunafikan. Aku belajar dari hinanya pengkhianatan dan buruknya tipu daya. Kusadari, dunia hanya sementara, dan akan kubawa setiap goresan sejarah menuju keabadian di sana.

 

Aku dan kamu, adalah tamu dan rumah. Aku mencintaimu dan memilih menetap menanti kapal yang kita bangun untuk berlayar menuju pintu-pintu bahagia. Dan di saat itu, aku dan kamu akan memiliki kisah hidup baru. Kisah yang takkan pernah berakhir dengan airmata. Cerita yang hanya diisi gelak-tawamu dalam bahagia.

 

Setiap pribadi kita, tidak akan pernah sama menatap hidup. Kita lahir dan tumbuh dari lingkungan berbeda. Hanya cinta yang akan mengarahkan pandangan kita pada satu tujuan, dimana di sana ada secercah harapan bagi sesiapa yang teguh pada pendirian untuk meraihnya.

 

Cinta bukan mainan. Apalagi bagiku yang pernah terombang-ambing di lautan kehidupan. Cinta ini tumbuh, menumbuhkan. Cinta ini besar, membesarkan.

 

Pernahkah kau merasakan betapa rindu itu membuatmu tak dapat memejamkan mata? Saat rasa kantuk tak dapat dilawan, namun mata enggan terpejam. Bila pernah, di situlah kau akan melafaskan nama seorang kekasih, orang yang memujamu dengan keihklasan, yang menginginkan senyummu menjadi alasannya untuk terus memperjuangkan.

 

Pernahkah kau merasakan nyeri di dada ketika tak lagi kau jumpai wajah yang ingin kau tatap setiap waktu di hadapanmu? Aku merasakannya. Dan kadang hanya dengan menyenandungkan sebait nyanyian tak berjudul, rindu semakin menggebu dan jiwaku luluh. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad