SONATA.id – Cinta ini lahir bukan karena syahwat. Ia datang dan menetap tersebab takdir Ilahi.
Entah karena waktu
yang memilihkan, atau mungkin oleh perjalanan yang harus berliku, kini cinta
berlabuh menurunkan sauh sedalam-dalamnya di dermaga. Aku pun berharap, ini
adalah dermaga terakhir yang kudatangi.
Sepanjang hidup
yang kulalui dalam perjalanan, aku pernah singgah di pelabuhan lain. Tapi bukan
untuk menetap, karena kehadiran tidak disebabkan panggilan rindu, hanya langkah
saja yang membawa mampir sesaat.
Dermaga lain itu,
bukan seperti di kota ini. Tidak kutemui tambatan hati, hanya musim yang
kering-kerontang, datang dan lalu memilih pergi. Tidak satupun ada tautan hati
yang menahannya, walau ada tawaran untuk sekadar diam sesaat, menyunggingkan
senyum dan tawa.
Di sini, perahu
kutambatkan untuk tak lagi berlayar. Simpul mati yang kubiarkan terbenam di
kedalaman genangan yang tak akan pernah kuangkat dan buka kembali.
Kuharap di dermaga,
panggilan rindu yang tak pernah hilang itu tetap bergema sepanjang waktu. Hari
demi hari, kubiarkan ingatanku melupakan sejarah hidup yang kulalui penuh luka,
luka yang dibasahi garam dan asam kehidupan.
Tahukah kau? Aku
bukan pengembara yang sedang mencari sejumput kerlingan orang yang lalu lalang
di hadapan. Bukan pula laki-laki yang sedang mengintai kesempatan untuk
bermalam di pantai yang lengang. Tidak! Aku tidak sedang membangun istana pasir
yang akan terbawa gelombang pasang.
Inilah hidup. Aku
belajar dari kesalahan, kealpaan, dan kemunafikan. Aku belajar dari hinanya
pengkhianatan dan buruknya tipu daya. Kusadari, dunia hanya sementara, dan akan
kubawa setiap goresan sejarah menuju keabadian di sana.
Aku dan kamu,
adalah tamu dan rumah. Aku mencintaimu dan memilih menetap menanti kapal yang
kita bangun untuk berlayar menuju pintu-pintu bahagia. Dan di saat itu, aku dan
kamu akan memiliki kisah hidup baru. Kisah yang takkan pernah berakhir dengan
airmata. Cerita yang hanya diisi gelak-tawamu dalam bahagia.
Setiap pribadi
kita, tidak akan pernah sama menatap hidup. Kita lahir dan tumbuh dari
lingkungan berbeda. Hanya cinta yang akan mengarahkan pandangan kita pada satu
tujuan, dimana di sana ada secercah harapan bagi sesiapa yang teguh pada
pendirian untuk meraihnya.
Cinta bukan mainan.
Apalagi bagiku yang pernah terombang-ambing di lautan kehidupan. Cinta ini
tumbuh, menumbuhkan. Cinta ini besar, membesarkan.
Pernahkah kau
merasakan betapa rindu itu membuatmu tak dapat memejamkan mata? Saat rasa
kantuk tak dapat dilawan, namun mata enggan terpejam. Bila pernah, di situlah
kau akan melafaskan nama seorang kekasih, orang yang memujamu dengan
keihklasan, yang menginginkan senyummu menjadi alasannya untuk terus
memperjuangkan.
Pernahkah kau
merasakan nyeri di dada ketika tak lagi kau jumpai wajah yang ingin kau tatap
setiap waktu di hadapanmu? Aku merasakannya. Dan kadang hanya dengan
menyenandungkan sebait nyanyian tak berjudul, rindu semakin menggebu dan jiwaku
luluh. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar