Penulis Harus Tahu, Editor Bukan Sekedar Profesi ‘Ecek-ecek’ - Sonata | Moving for Education

Breaking

Post Top Ad


Post Top Ad

Jumat, 06 Oktober 2023

Penulis Harus Tahu, Editor Bukan Sekedar Profesi ‘Ecek-ecek’


SONATA
.id
–  Selama ini, hampir setiap hari kita disibukkan dengan membaca. Entah itu membaca berita, tulisan di brosur, dan segala jenis dan bentuk tulisan. Ada yang enak dibaca, malah ada yang membuat kita berhenti membaca karena berbagai alasan.

 

Tahukah anda, setiap karya tulis tidak berdiri sendiri. Ada banyak proses yang dijalani oleh karya tulis itu, hingga sampai ke hadapan anda untuk dibaca.

 

Seorang penulis, mampu menuangkan segenap pemikiran dan idenya ke dalam goresan-goresan bermakna. Setelah semua proses menulis selesai, si penulis tentu sudah melalui tahapan yang paling rumit. Mengapa? Rumit karena untuk menulis, butuh effort yang tidak sedikit.

 

Penulis, butuh waktu dalam mengolah perbendaharaan kata dalam imajinya. Waktu yang diperlukan untuk proses itu, tidak sama bagi setiap penulis. Ada yang sudah terbiasa mengelola waktu untuk mengolah ide, ada pula yang membutuhkan masa lebih panjang untuk mengongkretkan imajinya. Dan semua itu adalah kewajaran, karena tingkat kemampuan berbeda masing-masing orang.

 

Kembali ke awal, hasil karya seorang penulis tidak berdiri sendiri. Ada pihak lain yang ikut serta di dalamnya sampai tulisan tersebut terbit, atau tayang ke hadapan khalayak. Dialah person yang dikenal dengan profesi ‘editor.’

 

Menjadi seorang editor, bukanlah hal mudah. Tidak seringan jemari mengetikkan nama di belakang nama penulis. Selain mengetahui kode etik, editor adalah seorang ahli. Sebuah profesi dalam dunia literasi menulis, yang mampu mengedepankan karya tulis sederhana menjadi karya bermutu luar biasa.

 

Untuk menjadi seorang editor, baik itu editor buku referensi, karya sastera, maupun karya jurnalistik, wajib mendalami keilmuan dan keterampilan profesinya. Bila tidak, daripada memperburuk kualitas karya tulis, atau malah mempermalukan diri sendiri, lebih baik berhenti memberi ‘cap’ diri sebagai seorang editor.

 

Seorang editor, tidak serta-merta lahir begitu saja. Tidak karena diangkat dengan profesi tersebut, lalu sudah mengedepankan diri sebagai ‘tukang edit’ yang handal. Editor lahir dari kemampuan dasar keahlian menulis. Ia adalah seorang penulis handal yang tahu seluk-beluk dunia menulis. Bila tidak, sama saja dengan seorang guru yang mengajar di kelas, tapi tidak menguasai materi pembelajaran. Akan ‘malu-maluin’ kata anak-anak milenial.

 

Selain keterampilan menulis yang sudah memadai, seorang editor harus terus memperkaya dirinya dengan pengetahuan literasi membaca. Hal itu ditujukan agar seorang editor mampu mengenali bahasa yang berkembang pesat. Lebih pesat dari pertumbuhan manusia. Jangan sampai seorang editor tidak mengenali istilah dan kosakata baru, sehingga terkesan ‘culun’ dan gagap dalam melakukan proses editing.

 

Editor dalam hal ini, harus berakrab-akrab dengan kamus. Terutama kamus populer yang memuat bahasa dan kosa kata terbaru. Sehingga ketika menemukan diksi baru dalam naskah yang akan dieditnya, ia tidak terheran-heran. Ejaan, tata bahasa, dan perkembangan diksi, menjadi santapan seorang editor di kala waktunya luang, agar ilmunya bertambah.

 

Seorang editor handal juga wajib menguasai bahasa asing. Dalam hal ini adalah bahasa pengantar internasional. Kenapa? Karena bisa jadi dalam sebuah naskah hasil karya penulis, ditemukan penggunaan bahasa asing. Editor harus mampu mengenali bahasa itu, karena bisa jadi penulis salah menempatkan diksi.

 

Selanjutnya, menjadi editor dengan kemampuan yang sempurna tentu saja mustahil. Karena setiap orang memiliki keterbatasan. Hal itulah yang menyebabkan lembaga-lembaga penerbit, baik itu penerbit buku, media cetak, media daring, maupun media lainnya, menempatkan editor sesuai dengan minat dan bakat. Tidak melulu diserahkan pada satu orang editor saja, yang mungkin akan berakibat rendahnya kualitas karya tulis di depan pembaca.

 

Selebihnya, kembali kepada diri masing-masing yang berprofesi editor. Menyadari bahwa setiap orang harus terus memperkaya khazanah keilmuannya, adalah jalan utama agar tumbuh sebagai seorang editor terpercaya. Editor yang mampu mengemas karya tulis menjadi enak dibaca, dan dapat acungan jempol ketika dishare ke media lainnya. (*/Ilustrasi istockphoto)

Penulis: Nova Indra (Penulis buku Langkah Mudah Menjadi Penulis)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad