SONATA.id – Selama ini, hampir setiap hari kita disibukkan dengan membaca. Entah itu membaca berita, tulisan di brosur, dan segala jenis dan bentuk tulisan. Ada yang enak dibaca, malah ada yang membuat kita berhenti membaca karena berbagai alasan.
Tahukah anda, setiap karya tulis tidak berdiri sendiri.
Ada banyak proses yang dijalani oleh karya tulis itu, hingga sampai ke hadapan
anda untuk dibaca.
Seorang penulis, mampu menuangkan segenap pemikiran dan
idenya ke dalam goresan-goresan bermakna. Setelah semua proses menulis selesai,
si penulis tentu sudah melalui tahapan yang paling rumit. Mengapa? Rumit karena untuk menulis, butuh effort yang
tidak sedikit.
Penulis, butuh
waktu dalam mengolah perbendaharaan kata dalam imajinya. Waktu yang diperlukan
untuk proses itu, tidak sama bagi setiap penulis. Ada yang sudah terbiasa
mengelola waktu untuk mengolah ide, ada pula yang membutuhkan masa lebih
panjang untuk mengongkretkan imajinya. Dan semua itu adalah kewajaran, karena
tingkat kemampuan berbeda masing-masing orang.
Kembali ke awal,
hasil karya seorang penulis tidak berdiri sendiri. Ada pihak lain yang ikut
serta di dalamnya sampai tulisan tersebut terbit, atau tayang ke hadapan
khalayak. Dialah person yang dikenal dengan profesi ‘editor.’
Menjadi seorang
editor, bukanlah hal mudah. Tidak seringan jemari mengetikkan nama di belakang
nama penulis. Selain mengetahui kode etik, editor adalah seorang ahli. Sebuah
profesi dalam dunia literasi menulis, yang mampu mengedepankan karya tulis
sederhana menjadi karya bermutu luar biasa.
Untuk menjadi
seorang editor, baik itu editor buku referensi, karya sastera, maupun karya
jurnalistik, wajib mendalami keilmuan dan keterampilan profesinya. Bila tidak,
daripada memperburuk kualitas karya tulis, atau malah mempermalukan diri
sendiri, lebih baik berhenti memberi ‘cap’ diri sebagai seorang editor.
Seorang editor,
tidak serta-merta lahir begitu saja. Tidak karena diangkat dengan profesi
tersebut, lalu sudah mengedepankan diri sebagai ‘tukang edit’ yang handal.
Editor lahir dari kemampuan dasar keahlian menulis. Ia adalah seorang penulis
handal yang tahu seluk-beluk dunia menulis. Bila tidak, sama saja dengan
seorang guru yang mengajar di kelas, tapi tidak menguasai materi pembelajaran.
Akan ‘malu-maluin’ kata anak-anak milenial.
Selain keterampilan
menulis yang sudah memadai, seorang editor harus terus memperkaya dirinya
dengan pengetahuan literasi membaca. Hal itu ditujukan agar seorang editor
mampu mengenali bahasa yang berkembang pesat. Lebih pesat dari pertumbuhan
manusia. Jangan sampai seorang editor tidak mengenali istilah dan kosakata
baru, sehingga terkesan ‘culun’ dan gagap dalam melakukan proses editing.
Editor dalam hal
ini, harus berakrab-akrab dengan kamus. Terutama kamus populer yang memuat
bahasa dan kosa kata terbaru. Sehingga ketika menemukan diksi baru dalam naskah
yang akan dieditnya, ia tidak terheran-heran. Ejaan, tata bahasa, dan
perkembangan diksi, menjadi santapan seorang editor di kala waktunya luang,
agar ilmunya bertambah.
Seorang editor
handal juga wajib menguasai bahasa asing. Dalam hal ini adalah bahasa pengantar
internasional. Kenapa? Karena bisa jadi dalam sebuah naskah hasil karya
penulis, ditemukan penggunaan bahasa asing. Editor harus mampu mengenali bahasa
itu, karena bisa jadi penulis salah menempatkan diksi.
Selanjutnya, menjadi
editor dengan kemampuan yang sempurna tentu saja mustahil. Karena setiap orang
memiliki keterbatasan. Hal itulah yang menyebabkan lembaga-lembaga penerbit,
baik itu penerbit buku, media cetak, media daring, maupun media lainnya,
menempatkan editor sesuai dengan minat dan bakat. Tidak melulu diserahkan pada
satu orang editor saja, yang mungkin akan berakibat rendahnya kualitas karya
tulis di depan pembaca.
Selebihnya, kembali
kepada diri masing-masing yang berprofesi editor. Menyadari bahwa setiap orang
harus terus memperkaya khazanah keilmuannya, adalah jalan utama agar tumbuh
sebagai seorang editor terpercaya. Editor yang mampu mengemas karya tulis
menjadi enak dibaca, dan dapat acungan jempol ketika dishare ke
media lainnya. (*/Ilustrasi istockphoto)
Penulis:
Nova Indra (Penulis buku Langkah Mudah Menjadi Penulis)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar