SONATA.id – Tim Khusus Penanganan Unit Museum Nasional Indonesia (MNI) terus bekerja dan berupaya penuh menangani proses evakuasi, identifikasi dan restorasi koleksi benda serta bangunan bersejarah yang terdampak akibat kebakaran MNI yang terjadi pada Sabtu, pekan lalu.
“Ruangan pameran koleksi pra-sejarah, perunggu dan
sebagian terakota telah berhasil di evakuasi, dan kami sudah mulai mengevakuasi
ruangan koleksi keramik. Tenaga ahli tambahan untuk tim identifikasi juga kita
galakkan guna mempercepat proses tahapan identifikasi. Hingga hari ini terdapat
243 koleksi yang berhasil kami identifikasi,” jelas Ahmad Mahendra selaku
Pelaksana tugas (Plt.) Kepala Badan Layanan Umum Museum dan Cagar Budaya (MCB).
Bersamaan dengan berjalannya proses percepatan evakuasi,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemdikbudristek) terus
menjalin komunikasi intensif dengan para ahli, komunitas, dan mitra di dalam
dan luar negeri dalam merancang rencana pemulihan MNI dan perbaikan kualitas
museum dan cagar budaya secara umum.
Rangkaian diskusi rencana pemulihan MNI dan peninjauan
langsung ke MNI bersama dengan para ahli arkeolog, antropolog, budayawan,
sejarawan, kurator dan akademisi telah mulai dilakukan pada tanggal 23
September lalu.
Rencana pemulihan MNI akan dibagi menjadi beberapa tahap.
Setelah tahap penyelamatan koleksi yang terdampak didokumentasikan dan
diidentifikasi, identifikasi kerusakan bangunan MNI yang juga merupakan
bangunan yang terklasifikasi sebagai Cagar Budaya akan dilaksanakan.
“Para Tenaga Ahli Cagar Budaya Nasional sedang melakukan
beberapa kajian dan analisa untuk memberikan rekomendasi penanganan cagar
budaya kepada Kemendikbudristek. Nantinya akan ada audit keseluruhan bangunan
MNI melalui studi kelayakan bangunan, kajian keseluruhan bangunan yang terdiri
dari kajian arsitektural, struktural, material, pengamanan gedung, dan lain
sebagainya,” lanjut Mahendra.
Kemarin (26/9) juga dilaksanakan pertemuan bersama World Bank untuk
mendiskusikan perancangan Disaster Risk Management Plan atau program dan
asesmen risiko terhadap bencana khusus untuk museum dan cagar budaya. Program
ini dilakukan untuk mempersiapkan Museum dan Cagar Budaya di Indonesia dalam
menanggulangi potensi dan tantangan bencana yang dihadapi.
“Bersama dengan World Bank, kami akan berkolaborasi untuk menyusun program dan
rencana kerja tanggap darurat terhadap bencana pada museum dan cagar budaya.
Program ini juga akan menggunakan Pedoman Cagar Budaya Tangguh Bencana yang
diterbitkan Ditjen Kebudayaan pada tahun 2023 sebagai referensi awal,” tutup
Mahendra. (SP)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar