Mereka yang Bertanam Tebu di Bibir - Sonata | Moving for Education

Breaking

Post Top Ad


Post Top Ad

Minggu, 17 September 2023

Mereka yang Bertanam Tebu di Bibir


SONATA.id
– Siapapun pasti memahami adagium ‘menanam tebu di bibir’ atau dalam diksi lain disebutkan ‘bertanam tebu di bibir.’

 

Adagium Melayu yang erat kaitannya dengan sikap manusia dalam kondisi atau saat tertentu itu, ditujukan bukan kepada pelaku yang menanam tebu di bibirnya, namun pada kedua belah pihak antarsesama manusia dalam lingkungan yang sama.

 

Diketahui, tebu (Latin: Saccharum) adalah tanaman yang digunakan untuk bahan baku gula dan vetsin. Tanaman ini hanya dapat tumbuh di daerah beriklim tropis. Tanaman ini termasuk jenis rumput-rumputan. Umur tanaman sejak ditanam sampai bisa dipanen mencapai kurang lebih 1 tahun. Di Indonesia tebu banyak dibudidayakan di pulau Jawa dan Sumatra.

 

Ciri utama tanaman beruas dengan kandungan air yang cukup tinggi ini adalah rasa manis dari cairan yang ada di dalamnya. Setiap orang pasti suka rasa manis, walau kadang terlupa rasa manis bukan sebuah hakikat dari fakta yang ada.

 

Di dalam masyarakat Melayu dan Minangkabau, tanaman tebu menjadi suatu rujukan akan kata-kata bagi sebagian orang saat berbicara. Adakalanya orang menyebut ‘si Fulan bicaranya semanis tebu’. Ada pula sebutan ‘si anu ibarat bertanam tebu di bibir.’

 

Ungkapan tersebut tak lain adalah sindiran bahwa rasa manis dalam ucapan dan pembicaraan seseorang enjadi senjata baginya untuk menarik perhatian, simpati, atau [bahkan] empati orang lain. Semua itu ditujukan untuk kepentingan dirinya sendiri, walau tak jarang juga bertujuan untuk kepentingan khalayak bila dilakukan dalam hal mengajak orang berbuat kebaikan.

 

Di masa-masa suksesi kepemimpinan, dalam skala kecil hingga besar, kepiawaian menanam tebu di bibir ini adalah hal penting bagi sebagian orang. Walau tak sesuai fakta yang ada, bermulut manis layaknya manis tebu, diperankan dan diperagakan hingga tercapainya tujuan.

 

Siapa yang tak terpesona dengan manisnya ucapan dan janji? Siapa pula yang tak tertarik dengan buaian kalimat layaknya seorang sufi dalam mengungkapkan kecintaannya pada sesuatu? Semua orang akan luluh, ambruk dalam kemanjaan ungkapan-ungkapan manis tebu di bibir itu.

 

Mau jadi anggota legislatif? Kepala Desa? Kepala Daerah atau Kepala Negara? Tidak ada satupun dari mereka yang tidak mengubah tatanan kalimatnya menjadi lebih manis, bahkan mengalahkan rasa manis dari tebu yang dirawat dan dipupuk oleh petaninya.

 

‘Saya bila terpilih akan memberikan yang terbaik untuk masyarakat dan daerah kita. Jangan sungkan kritik saya bila nanti salah langkah.’ Woww.. manisnya. Seperti rayuan seorang kekasih yang melumpuhkan jaringan saraf untuk menjaga daya kritis.

 

Ya, sebentar lagi negerti ini akan sibuk dengan pemilihan demi pemilihan. Ada Pemilu Legislatif, ada Pemilihan Presiden, ada pula Pemilihan Kepala Daerah. Semua akan terasa manis, tidak ada sarkasme yang keluar dari mulut-mulut para calon. Semua bertanam tebu di bibirnya. (*/ni)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad