SONATA.id – Talenta merupakan bakat yang dimiliki cikal bakal keterampilan yang dipunyai seseorang, dan menjadi sebuah nilai lebih bagi setiap orang.
Menurut C.
Semiawan, dkk (dalam Yudrik Jahja) menyebutkan bahwa bakat merupakan kemampuan
bawaan yang merupakan potensi yang masih perlu dikembangkan atau dilatih. Untuk
itu diperlukan adanya latihan, pengetahuan, social and moral support dari
lingkungan terdekat.
Bila dilihat
kenyataan di tengah masyarakat, dalam perbincangan sehari-hari (khususnya kaum
ibu), sering terdengar cerita tentang bakat anaknya masing-masing.
“Anak saya bakat
banget kalau urusan memasak. Tiap hari suka liat resep masakan di Youtube.”
Namun ketika seorang teman mampir ke rumahnya dan menanyakan mana hasil bakat
memasak yang dimiliki anaknya, si ibu berkelit. “Baru suka aja, masih
liat-liat.”
Atau sering
didengar orangtua yang menyebutkan bahwa anaknya berbakat menulis. Namun
bertahun-tahun tidak pernah disuguhkannya karya tulis anaknya kepada
orang-orang yang diajaknya berkomunikasi.
Perilaku orangtua
yang membanggakan bakat anak seperti itu adalah perilaku semu, sekaligus bakat
anaknya juga bakat semu, tidak ada bukti, pengembangan, atau peningkatan
kualitas bakat anak itu sendiri.
Lalu siapa yang
salah bila anak benar-benar memiliki bakat terhadap sesuatu? Sebenarnya tidak
ada yang salah. Kebanggaan melihat bakat anak tentunya sangat wajar. Namun ada
hal yang seharusnya menjadi perhatian serius orangtua ketika menemukan bakat
dalam diri anaknya.]Ketika melihat potensi dalam diri anak, seharusnya
dilanjutkan dengan beberapa tindakan penting agar bakat tersebut tidak ‘mati’
karena tidak terawat.
Hal pertama yang
harus dilakukan orangtua adalah memastikan bakat anak. Cara adalah dengan
mengidentifikasi yang berkembang dalam diri anak itu sendiri, antara lain
dengan indikator:
1. Kemampuan
di atas rata-rata. Maksudnya adalah, dalam diri anak memiliki kebiasan,
keterampilan, kecenderungan terhadap sesuatu. Banyak yang yang disukai anak,
namun satu hal yang disebut bakat tersebut lebih menonjol dari rata-rata
kebiasaan, kecenderungan dan keterampilan dasar yang dimilikinya.
2.Munculnya
kreativitas pada bidang tertentu. Bila anak berbakat, dipastikan akan lebih
kreatif pada bidang tersebut. Misalnya, anak yang berbakat bidang memasak akan
berkreasi dengan keterampilan dasarnya. Suka membuat masakan, dengan kreasi dan
kemauan yang ada dalam idenya sendiri.
3.Menekuni
bidang yang disukai lebih dari bidang lain. Bila anak berbakat, maka pada
bidang bakatnya itu, si anak akan memberi waktu lebih yang dimilikinya untuk
mengaplikasikan ide.
Tiga indikator
tersebut sebenarnya sangat sederhana dan bisa diperhatikan oleh orangtua di
rumah. Tidak perlu pendidikan khusus untuk melihat bakat anak.
Untuk tahap
lanjutan, orangtua yang menginginkan bakat anaknya tersalur dengan baik, bisa
melakukan komunikasi dengan pihak-pihak tertentu. Bisa melalui pendekatan psikometeri
untuk mengukur aspek-aspek psikis dalam diri anak terhadap kecenderungan
bakatnya. Atau memberi ruang yang lebih besar dengan bantuan ahli untuk anak
berkembang sesuai bakat yang ada. Misalnya dengan konsultasi pada pakar kuliner
kalau anak berbakat memasak, menggandeng para penulis bila anak berbakat pada
bidang literasi menulis.
Sesederhana itulah
jalan yang dapat ditempuh orangtua bila menginginkan anaknya muncul dnegan
prestasi-prestasi tertentu. Tidak melulu mengharapkan guru di sekolah untuk
menjembatani bakat dan minat anak. (*)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar